Ruam Popok pada Bayi – Gejala, Penyebab dan Pencegahan

 

Orang tua baru harus mempertimbangkan banyak hal yang berhubungan dengan kesehatan dan perawatan bayi. Salah satu di antaranya adalah ruam popok, yang merupakan hal yang tidak dinginkan orangtua manapun terjadi pada bayi mereka, namun sangat umum terjadi bahkan hampir semua bayi pernah mengalaminya pada tahap tertentu dalam tingkatan tertentu. Mengetahui ciri dan penyebab ruam popok serta cara mencegah ruam popok menjadi semakin parah merupakan hal yang penting bagi orang tua di awal kehidupan bayi.
Gambar Ruam Popok pada Bayi
Gambar Ruam Popok pada Bayi Laki-laki Usia 3 Minggu

Pengertian ruam popok

Ruam popok adalah radang/infeksi kulit di sekitar area popok seperti paha dan pantat pada bayi, yang umumnya disebabkan terpaparnya kulit bayi pada zat amonia yang terkandung dalam urin atau feses bayi dalam jangka waktu lama. Area popok pada bayi tak dapat dihindari akan bersentuhan dengan sedikit bakteri pada basis tertentu. Bahkan mengganti dan membersihkan secara teratur kadang masih bisa gagal mengangkat bakteri-bakteri tersebut sehingga pada akhirnya mengakibatkan ruam popok pada bayi.

Ciri-ciri/gejala ruam popok

Anda akan bisa mengenali gejalanya pada saat bayi terkena ruam popok, dengan ciri-ciri kulit di area popok terlihat merah, bengkak dan meradang pada bagian bokong, paha, dan alat kelamin, dan pada kasus tertentu timbul jerawat. Ruam popok akan membuat iritasi bayi dan jika tidak ditangani akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius, termasuk infeksi-infeksi tertentu. Beberapa gejala ruam popok lainnya adalah bayi merasa tidak nyaman, menangis lebih sering dan keras, serta memperlihatkan ketidaksenangan secara umum. Baca juga mengenai Makna Tangisan Bayi: 22 Sebab Bayi Sering Menangis dan Menenangkan Bayi Menangis.

Penyebab ruam popok

Penyebab utama ruam popok pada bayi adalah kelembaban atau kontak yang terlalu lama dengan zat amonia yang terkandung dalam urin atau feses. Selain itu, ruam popok bisa juga disebabkan oleh adanya riwayat alergi, terjadi gesekan berlebihan antara popok dengan kulit bayi, memakai popok yang terlalu ketat, atau memakai diaper yang terbuat dari plastik atau karet dalam jangka waktu lama sehingga mengakibatkan iritasi.

Ruam popok umumnya terjadi pada bayi di bawah usia 15 bulan, di mana kulitnya masih sangat tipis dan rentan terhadap iritasi. Orang lanjut usia yang harus memakai diaper juga dapat terkena ruam popok, tetapi hal ini jarang terjadi karena kulitnya lebih tebal dari bayi.

Ruam popok juga tidak pernah terjadi pada orang dewasa karena orang dewasa bisa melakukan ritual ke kamar kecil sendiri dan tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan diri. Sebaliknya, bayi belum bisa melakukan hal ini dan bergantung sepenuhnya pada pengasuhnya. Bayi umumnya lebih sering buang air besar dan kecil dibandingkan orang dewasa sehingga selalu ada kemungkinan terkena infeksi. Selain itu, kotoran bayi juga lebih encer dan kadang karena alasan tertentu (misalnya orang tua atau pengasuh tidak menyadari) harus terus memakai popok kotor untuk beberapa waktu sebelum popoknya diganti. Bahkan jika popok bayi diganti terus menerus secara berlebihan, masih ada kemungkinan bayi dengan kulit yang sensitif terkena infeksi.

Pada bayi yang lebih besar, pemberian antibiotik bisa menjadi masa-masa yang beresiko dan menjadi salah satu penyebab ruam popok. Hal i ini terutama dikarenakan selama masa pemberian antibiotik, umumnya bayi lebih rentan terhadap diare dan karenanya lebih beresiko terkena ruam popok. Baca juga Masalah Pencernaan pada Bayi ASI dan MPASI.

Seberapa sering harus mengganti popok bayi?

Banyak orang tua (terutama orang tua baru) yang bingung tentang seberapa sering harus mengganti popok bayi mereka.

Pertama-tama, sangatlah penting untuk mengganti popok buah hati anda sesegera mungkin setiap kali ia buang air besar untuk kebersihan dan kenyamanannya. Selain itu, meskipun air seni lebih tidak menimbulkan masalah, sebaiknya hindari membiarkan bayi anda dalam popok yang terlalu penuh terlalu lama, bahkan jika popoknya jenis popok sekali pakai dan berdaya serap tinggi. Selain memperbesar risiko terkena infeksi, popok yang kotor juga sedikit banyak akan membuat bayi merasa tidak nyaman.

Secara umum, bayi yang lebih muda akan pipis setiap satu sampai tiga jam dan buang air besar beberapa kali sehari sehingga anda akan harus mengganti popoknya pada setiap interval waktu tertentu. Sejalan dengan perkembangan bayi bulan ke bulan, anda akan bisa memperkirakan kapan anda harus mengganti popok bayi anda.

Pemakaian popok pada bayi

Dengan asumsi anda menggunakan popok sekali pakai, maka jika anda mengganti popok bayi setiap kali bayi anda pipis, anda akan menghabiskan banyak uang hanya untuk pospak saja dan mungkin terpaksa mengurangi pengeluaran lainnya. Begitu pula sebaliknya, jika anda membiarkan popoknya terlalu lama, akibatnya bukan hanya mempengaruhi neraca keuangan anda tapi juga kesehatan bayi anda. Kombinasi antara bakteri yang terkandung dalam feses dengan urin merupakan penyebab ruam popok pada bayi, dan ini suatu kondisi yang pasti ingin anda hindari.

Pemakaian Popok pada BayiAkan lebih hemat jika anda menggunakan popok kain atau yang lebih praktis seperti clodi (cloth diaper), namun penting untuk mempunyai jumlah diaper yang cukup dan siklus pencucian yang tepat yang memungkinkan popok yang bersih selalu tersedia.

Dalam hal pemakaian popok pada bayi ini, pilihannya adalah antara menggunakan popok sekali pakai yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit tapi lebih praktis atau memakai popok kain/clodi yang lebih hemat (terutama dalam jangka panjang) namun tenaga dan waktu yang harus dicurahkan akan lebih banyak. Keputusannya ada di tangan anda sebagai orang tua. Hal ini tentu tidak berlaku bagi orang tua yang mempekerjakan asisten rumah tangga yang bisa membantu melakukan sebagian besar pekerjaan rumah tangga termasuk mencuci popok kain atau cloth diaper bayi. Baca juga Popok Sekali Pakai atau Popok Kain – Mana yang Lebih Baik?, Pengertian, Kapan, dan Cara Memulai Toilet Training dan Tips Toilet Training Pada Anak yang Efektif dan Positif.

Mencegah ruam popok

Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Terkait dengan ruam popok pada bayi, tidak ada pencegahan yang pasti dan menyeluruh. Namun, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya ruam popok yang intinya sebisa mungkin menjaga agar bayi tetap kering dan bersih. Baca juga mengenai Cara Mengatasi dan Mengobati Ruam Popok Bayi.

Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mencegah ruam popok pada bayi.

Mengganti secepatnya jika popok bayi anda kotor untuk mencegah terjadinya infeksi.
Bersihkan area popok bayi pada saat mengganti popoknya.
Keringkan area popok sebelum memakaikan popok baru.
Jika menggunakan pospak, oleskan krim popok tipis-tipis pada area popok agar kulit bayi tidak bersentuhan langsung dengan urin atau kotoran bayi.
Pakaikan popok baru yang tidak terlalu ketat untuk memberi ruang bernafas bagi kulit bayi.
Jika bayi anda sudah mulai makan makanan padat, berikan selang waktu beberapa hari sebelum memperkenalkan makanan baru. Hal ini akan membantu anda menentukan apakah infeksinya berhubungan dengan alergi pada makanan tertentu pada saat bayi anda terkena ruam popok.

Singkat kata, bahkan orangtua terbaik pun pernah mengalami masalah ruam popok dan bagaimana mereka meresponnya lah yang penting. Menjaga kebersihan area popok bayi bisa mencegah terjadinya ruam popok yang parah atau terlalu sering. Jika anda menemukan ciri-ciri ruam popok pada buah hati anda dan anda yakin bayi anda terkena ruam popok, memberikan perawatan secepatnya sangat disarankan untuk mencegah ruam popok pada bayi anda bertambah parah.